Hai, KLIP-ers! 

Pada hari Jum’at 5 Februari 2021 yang lalu, kita berkenalan lebih dekat dengan salah satu member KLIP yang bernama Satwika Citahariasmi Heniono. Nah, selain berkenalan dengan profil dari Mbak Wika, begitu panggilan akrab beliau, Mbak Wika juga membawa ilmu baru untuk kita-kita yaitu GHOST WRITING.

Penasaran apa itu Ghost Writing?
Yuk kita langsung simak penjelasan dari Mbak Wika seputar hantu-hantuan, eh ghost writing ini.
 
Satwika Citahariasmi Heniono : Belajar Menjadi Ghostwriter




Apa Itu Ghost Writing?

Ghostwriting adalah menuliskan ide orang lain di selembar kertas kosong, alias klien sama sekali ga punya materi teks. Ibarat tingkat kematangan steak, mau rare, medium rare, medium well, tuh ga ada. Dagingnya belum ada blas. Klien cuma punya imej daging di kepalanya. Merahkah, putihkah, berseratkah, dll. Imej itu yang dia teruskan ke ghostwriter, untuk kemudian diwujudkan sampai bisa dihidangkan dan dinikmati.

Aku cuma sanggup ngerjain satu proyek yang kayak gitu.   Habis itu kapok. Soalnya pas dapat klien yang sama-sama absurd, jadi kayak yang aku kerjain tuh salah terus. Dia bilangnya daging merah, ada salur putih, tekstur lembut, dan seterusnya. 

Yang paham, itu kan deskripsi wagyu ya... Kubentuk donk wujud wagyu. Tapi katanya bukan kayak gitu. Ada tanduknya, ada sayapnya juga, katanya. Yassalam, jadi ini tuh aku harus nulis wagyu apa unicorn.. Atau wagyu unicorn?!?
 
Sejak itu, kalau ada proyek lagi, untuk model yang from scratch gitu, kukasih rate yang nearly impossible sih. Kalau mau yang lebih murah, silakan kasih pre-text, jadi secara tanggungan pekerjaan jatuhnya balik ke editing-rewriting, tapi secara 'gaji' bisa nentuin suka-suka.


Kok bisa jadi ghostwriter?

Waktu itu kontrakku sebagai editor-in-house di sebuah penerbitan, habis dan nggak diperpanjang (karena ditolak sama manajemen atas perintah atasan langsung udah coba lobi sana-sini). Ex-atasan (kita sebut aja Mbak uL) yang merasa bersalah ini jadi suka bantu-bantu cari proyek buat aku.   

Dua tahun kerja bareng Mbak uL, beliau sudah paham, kenapa aku suka tidak memenuhi target ngedit tiap bulan, karena rasio kerja ngedit: re-write ku adalah 50:50 - 50:90, banyakan 50:60 ke atas pokoknya. 

Jadi selama ngantor itu, bisa dibilang aku ghostwriting dengan bayaran editor.  
Secara hasil kerja (kualitas naskah), 'excellent', tapi secara kuantitas, 'poor'. Dan KPI untuk manajemen atas ukurannya kuantitas.   


Yang Perlu Diperhatikan Saat Menjadi Ghost Writer


Do's :

Yang boleh dilakukan dalam ghostwriting pada dasarnya ya etika kerja umum aja sih. Amanah, komitmen, konsisten, hubungan baik.

Soal gaya penulisan, kembali pada klien. Kalau pas kliennya emang ada skill nulis, walau gak sampai advanced, ada baiknya dibicarakan apakah gaya penulisan mau disesuaikan atau boleh bebas. Atau kalau naskahnya udah di-booking sama penerbit, bisa diskusi sama penerbit, mau gaya penulisan yang kayak gimana.

Waktu itu karena hampir semua proyekku emang di makelar-in sama Mbak uL, jadi aku suka potong kompas, kongkalikong langsung sama Mbak uL soal gaya penulisan, biar aku bisa 'jual' gayaku sendiri.
Tolong jangan ditiru, kecuali kalian punya bekingan yang mumpuni kayak Mbak uL untuk aku.


Dont's :

Ghostwriter itu memang area kerjanya di belakang layar. Hasil kerja ghostwriter akan diakui sebagai karya orang lain. Jadi ya... kita gak punya hak untuk sakit hati, ketika naskah dilempar ke publik dan ternyata laris manis, pembaca tahunya itu karya A, bukan kita. Gak boleh tuh nyinyir atau julid di medsos atau ruang publik lain. Bisik-bisik bolehlah, tapi ke inner circle aja, atau orang yang gak suka make a scene pokoknya.

Tapi kan kita perlu portofolio ya... 
Bagaimana caranya kita bisa mengklaim bahwa itu hasil kerja kita? 
(Sekali lagi, ini konteksnya mengklaim untuk keperluan portofolio, alias untuk jualan ke klien berikutnya.) 


Yang aku lakukan adalah dengan membuat klausa di surat perjanjian bahwa di setiap publikasi naskah yang kukerjakan, harus tercantum namaku sebagai editor, walaupun ada nama editor penerbit juga. FYI, gak semua penerbit memunculkan nama editornya. Termasuk kantor lamaku itu. Jadi aku susah-susah ngedit-rewrite sebagai editor-in-house dulu tuh, ga pernah sekalipun namaku masuk di buku yang terbit.




Nah, gimana, sahabat KLIPers ada yang tertarik dengan profesi menjadi seorang ghostwriter? Bisa tanya-tanya langsung dengan kak Satwika yang keren banget dengan profesinya ini.
Alhamdulillah jadi semakin banyak tahu nih yaah...berbagai macam profesi dalam menulis.


Selamat menulis, selamat menjelajah, teman-teman!