Halo, senang bertemu dengan Anda.

Hello, nice to meet you.

안녕하세요 (Romanisasi: Annyeonghaseyo)

Perbandingan Pembelajaran Bahasa Inggris dan Bahasa Korea



Bahasa Inggris adalah bahasa asing pertama yang saya pelajari sejak berusia 6 tahun. Tiga puluh dua tahun kemudian saya mendaftarkan diri di King Sejong Institute (KSI), Jakarta untuk dengan serius mempelajari bahasa Korea, bahasa asing kelima yang saya temui dalam hidup saya.

Setelah bahasa Inggris, saya berkesempatan mempelajari bahasa Jerman di Goethe Institut, Bandung. Saat mempelajari bahasa Inggris dan bahasa Jerman, saya mendapat guru orang Indonesia yang mengajar dengan memakai bahasa pengantar bahasa Indonesia untuk mempermudah pemahaman murid. 

Kondisi ini cukup berbeda dengan ketika saya mempelajari bahasa Jepang di Tokyo, Jepang dan bahasa Perancis di Neuchâtel, Swiss.

Perbandingan Pembelajaran Bahasa Inggris dan Bahasa Korea

Guru-guru yang mengajar saya menolak menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar. Murid-murid “dipaksa” untuk langsung mendengarkan dan menginterpretasi bahasa Jepang/Perancis tersebut ke dalam bahasa ibu masing-masing, tanpa memakai bahasa Inggris (apalagi bahasa Indonesia) sebagai perantara.


Perbandingan Pembelajaran Bahasa Inggris dan Bahasa Korea

Awal mula belajar bahasa Korea secara mandiri sebelum bergabung dengan KSI, saya mengikuti kursus-kursus di aplikasi Coursera dan Udemy yang diselenggarakan dalam bahasa Inggris.

Lama kelamaan saya menyadari dua hal berikut ini:

1. Belajar bahasa asing adalah paling baik dengan menggunakan bahasa itu sendiri sebagai bahasa pengantar. Hal ini untuk membiasakan murid mengerti konteks dari teks bahasa asing dan memahaminya dalam konteks bahasa ibunya sendiri.

2. Bahasa Inggris dan bahasa Korea memiliki banyak perbedaan mendasar sebagai dua bahasa yang mewakili dunia Barat dan Timur, dengan masyarakat dan kebudayaan yang juga berbeda.

Selanjutnya, saya akan membahas perbandingan pembelajaran bahasa Inggris dan bahasa Korea ditinjau dari sudut pandang saya sebagai native speaker; penutur asli bahasa Indonesia.

Aksara yang Digunakan

Kedua bahasa ini menggunakan sistem aksara yang sama sekali berbeda.

Aksara yang Digunakan oleh Bahasa Inggris 

Bahasa Inggris seperti bahasa Indonesia menggunakan alfabet A sampai Z yang sudah dikenal mendunia. Salah satu tantangan dalam mempelajari bahasa Inggris adalah pelafalan kata yang hampir selalu tidak sama dengan bunyi yang dirangkai dari huruf-huruf yang membentuk kata itu. 

Sebagai contoh: huruf “c” tidak selalu dilafalkan sebagai “c” tapi bisa sebagai “k”, “ch”, atau “ck” tergantung huruf sesudah atau sebelumnya.


Aksara yang Digunakan oleh Bahasa Korea

Bahasa Korea sendiri menggunakan sistem alfabet mereka sendiri yang disebut Hangeul. 

Penemuan Hangeul dipimpin oleh Raja Sejong yang Agung pada tahun 1443. Hangeul sangat mirip dengan alfabet yang kita kenal, di mana satu simbol mewakili satu bunyi dan bukan satu suku kata seperti di dalam bahasa Jepang. Pelafalan kata adalah dengan merangkaikan bunyi dari huruf-huruf yang membentuk kata tersebut.

King Sejong, Aksara yang Digunakan oleh Bahasa Korea

Membaca dan menulis dalam Hangeul cukup dengan “membongkar pasang” susunan gambar yang mewakili setiap huruf konsonan ataupun vokal, dan hal ini relatif mudah. Dalam waktu 2 sampai 3 jam belajar Hangeul secara intensif, niscaya kita dapat membaca huruf-huruf Korea ini. 

Hangeul pada dasarnya menggunakan 14 huruf konsonan (ㄱ ㄴ ㄷ ㄹ ㅁ ㅂ ㅅ ㅇ ㅈ ㅊ ㅋ ㅌ ㅍ ㅎ) dan 10 huruf vokal (ㅏ ㅑ ㅓ ㅕ ㅗ ㅛ ㅜ ㅠ ㅡ ㅣ), dan 27 kombinasi kompleks dari 24 huruf konsonan dan vokal tersebut. Kejeniusan sistem alfabet ini membuat Hangeul dikokohkan oleh UNESCO sebagai salah satu warisan kebudayaan dunia.


Keberadaan Subyek

Bahasa Inggris dan bahasa Korea berbeda pertama-tama dalam hal keberadaan subyek dalam kalimat. Hal ini mencerminkan kebudayaan dari penutur asli kedua bahasa ini. 

Bahasa Inggris, seperti bahasa Jerman dan Perancis yang saya juga pelajari, sangat mementingkan keberadaan subyek. Saat pertama kali belajar bahasa Inggris, saya ingat betul yang diperkenalkan adalah pronoun; atau kata ganti orang: I, we, you, they, he, she, it (saya, kami/kita, kamu/kamu sekalian,  mereka, dia (pria), dia (wanita), dan itu (untuk benda)).

Hal ini tipikal untuk bahasa dari Barat yang menjunjung tinggi individualitas dan tidak segan menyatakan siapa pelaku dari aksi yang dijelaskan oleh kalimat itu.

Apa perbedaan bahasa inggris dan bahasa korea


Sebaliknya, bahasa Korea, seperti bahasa Indonesia dan bahasa Jepang yang saya juga pelajari, tidak terlalu mementingkan keberadaan subyek. Subyek kurang penting karena subyek tidak berdiri sebagai individu sendiri. 

Bahasa Korea berasal dari dunia Timur yang mementingkan pentingnya tergabung dalam sebuah kelompok. Tidak ada kelompok, tidak ada saya. Sebagai bahasa dari Timur, atau dalam hal ini Asia, predikat sudah cukup untuk membuat pendengar mengerti maksud dari penutur, meskipun penutur tidak memakai struktur kalimat yang lengkap.


Contoh Peran Subyek dalam Kalimat Berbahasa Inggris

Misalkan ada dialog seperti ini dalam bahasa Inggris:

A : What are you doing?
(Kamu sedang apa?)

B : I’m eating.
(Saya sedang makan)

Dari jawaban pihak B sudah jelas subyeknya (I; saya) dan melakukan apa (eating; sedang makan). Jika kita menonton film, atau serial, atau membaca buku dalam bahasa Inggris, kita tidak pernah menemui ketidakhadiran kata ganti orang untuk menandakan subyek dalam kalimat yang kita dengar/baca.


Sekarang mari kita lihat percakapan yang bermakna sama, tetapi dilangsungkan dalam bahasa Korea.

Contoh Peran Subyek dalam Kalimat Berbahasa Korea

A : 뭐 해요
(Muo haeyo? Kamu sedang apa?)

B : 먹어요.
(Meogeoyo. Makan.)


Tidakkah pola seperti ini mirip sekali dengan pola di dalam bahasa Indonesia? Ketika kita ditanya sedang apa, hampir selalu kita menjawab cukup dengan predikat yang berupa kata kerja, alih-alih memberikan jawaban dalam struktur kalimat lengkap (Subyek-Predikat-Obyek-Keterangan). Toh pendengar/pembaca akan mengerti bahwa yang “sedang makan” itu adalah “saya” sebagai penjawab pertanyaan tersebut, dan bukan orang lain.


Ada sedikit fun fact.

Penggunaan kalimat dengan struktur yang tidak lengkap membuat penutur bahasa Inggris (dari Barat) kesulitan mempelajari bahasa Korea (dari Timur) karena mereka tidak mendapat gambaran utuh dari maksud kalimat itu. Ada potensi kesalahpahaman yang sebenarnya bisa diatasi jika kata ganti orang (subyek) selalu disertakan dalam kalimat.

Sebaliknya, penutur bahasa Korea merasa bahasa Inggris terkadang terlalu kaku. Mengapa tidak menyingkat sebuah kalimat dan berbicara seperlunya jika toh penutur dan pendengar sama-sama mengerti maksud dari kalimat itu? 

Hal ini sering saya jumpai saat menonton drama Korea. Kalimat dalam bahasa Korea yang hanya berupa satu kata saat diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris berujung menjadi beberapa kata, untuk meminimalkan kesalahpahaman.


Contohnya seperti ini.

Belajar Bahasa Korea dari Drama Crash Landing on You

Pada awal episode ke-7 drama Korea “Crash Landing on You” digambarkan Yoon Se Ri (Son Ye Jin) menyetir mobil untuk membawa Kapten Ri (Hyun Bin) dan Gwang Beom (Lee Shin Young) yang terluka menuju rumah sakit terdekat. Jalan yang menuju ke rumah sakit ternyata ditutup dan mereka semua kebingungan karena Kapten Ri sedang sekarat. 

Di situ Yoon Se Ri nekat hendak menerobos penutup jalan demi mendapat pertolongan untuk Kapten Ri, tetapi Gwang Beom mencegahnya. Yoon Se Ri yang tidak sabar pun berkata begini untuk memastikan ada rumah sakit atau tidak sebelum dia melaju.


있어? 없어?
Isseo? Eobseo? Yang berarti “Ada ga?” dalam bahasa Indonesia.

Yang kemudian diterjemahkan menjadi “Is there a hospital, or not?”.


Terlalu panjang. Toh kita penonton sudah mengerti konteks percakapan itu adalah soal rumah sakit yang hendak dituju.

Persamaan sifat dari bahasa Korea dan bahasa Indonesia sebagai bahasa dari Timur terkadang (tapi tidak selalu) lebih memudahkan penerjemahan dari bahasa Korea ke bahasa Indonesia dan sebaliknya, daripada dari bahasa Korea ke bahasa Inggris dan sebaliknya.



Perubahan Kata Kerja

Mengenali pola perubahan kata kerja dalam bahasa Inggris dan bahasa Korea adalah krusial untuk menguasai kedua bahasa ini. Memahami dan dapat menggunakan kata kerja berarti sepertiga jalan dari pembelajaran sebuah bahasa asing. 


Perubahan Kata Kerja dalam Bahasa Inggris

Kata kerja dalam bahasa Inggris menggunakan tiga kelompok: Verb 1 (to infinitive, bentuk dasar), Verb 2 (past simple, bentuk lampau), dan Verb 3 (past participle, bentuk yang diikuti kata has/have/had/to be untuk menandakan aktivitas yang sudah dilakukan).

Ketiga kelompok tersebut memiliki dua sifat: regular (perubahan dari Verb 1 ke Verb 2 dan Verb 3 dapat diprediksi), dan irregular (perubahan dari Verb 1 ke Verb 2 dan Verb 3 harus dihafalkan).

Perubahan bentuk dan makna dari sebuah kata kerja dicirikan oleh akhirannya, entah itu bentuk -ing untuk menandakan continuous tense, atau bentuk -ed (untuk regular verb) untuk menandakan past simple dan past participle tenses.

Tidak seperti bahasa Jerman dan bahasa Perancis, kata kerja dalam bahasa Inggris tidak berubah menurut: 1) jenis pronoun; kata ganti orang yang mendahuluinya, dan 2) tenses; keterangan waktu dari kalimat itu. Hal ini membuat bahasa Inggris sebagai salah satu bahasa asing di dunia yang paling mudah dipelajari.


Perubahan Kata Kerja dalam Bahasa Korea

Seperti dalam bahasa Jepang, kata kerja dalam bahasa Korea menggunakan konsep word stem. Word stem adalah unit paling dasar dari sebuah kata yang berkonjugasi tergantung  pada pemakaiannya.

Semua kata kerja dasar dalam bahasa Korea menggunakan akhiran “다”. Word stem adalah susunan huruf yang mendahului akhiran “다” tersebut dan berkonjugasi mengikuti berbagai aturan.


Berikut ini adalah contohnya :

Makan = to eat  = 먹다 (Romanisasi: meogda)

Susunan huruf “먹” adalah word stem dari kata “먹다” yang berarti “makan” itu sendiri. Kata kerja “먹다” akan berubah tergantung tujuan pemakaiannya. 

Saya akan memberikan contoh perubahan kata “먹다” dengan mengacu pada aturan tenses dalam bahasa Inggris dan dalam penulisan aksara Korea (Hangeul).


1. Penanda simple present tense pada percakapan kasual: 먹다 menjadi 먹어요.

2. Penanda simple present tense pada percakapan formal: 먹다 menjadi 먹습니다.

3. Penanda simple past tense pada percakapan kasual: 먹다 menjadi 먹었어요.

4. Penanda simple past tense pada percakapan formal: 먹다 menjadi 먹었습니다.

5. Penanda present continuous tense pada percakapan kasual: 먹다 menjadi 먹고 있어요.

6. Penanda ajakan pada percakapan kasual: 먹다 menjadi 먹자

7. Dan seterusnya.


Perubahan kata kerja di dalam bahasa Korea cukup rumit karena kita harus menghafalkan aturan konjugasi yang sangat bergantung pada huruf vokal terakhir dari sebuah word stem. Tak hanya itu, ada banyak pengecualian yang dibuat supaya kata yang berkonjugasi lebih mudah diucapkan. 



Tiga perbedaan yang saya sebutkan di atas hanya sedikit dari banyak sekali karakteristik yang dimiliki oleh bahasa Inggris dan bahasa Korea. 

Sebagai penutur asli bahasa Indonesia, bahasa asing manakah yang lebih menarik bagimu untuk dipelajari? Bahasa Inggris atau bahasa Korea?

Bagikan di kolom komentar, yuk.




Profil Penulis Artikel ini

Nama : Rijo Tobing

Aktivitas :

- Ibu rumah tangga
- Penulis 4 buku bisa dilihat di bit.ly/SkyBooks
- Honorary Reporter untuk Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata Korea Selatan
- Ketua Komunitas Drakor Class

Media Sosial :

Instagram: @randomnessinsidemyhead

Facebook : Rijo Tobing

Blog : rijotobing.wordpress.com




Editor : lendyagassi