Selamat siang KLIPers,

Tim TTM datang kembali untuk membawa berita tentang ajang menulis tercinta kita, Tema Tantangan Menulis.


Tema Tantangan Menulis minggu lalu adalah Guru Favorit. Kata ‘guru’ selalu membawa kita kembali ke masa sekolah. Masa yang indah dan penuh dengan tawa, ketika kita masih anak-anak dan beranjak remaja.



Di masa seperti inilah, sosok guru memberikan pengaruhnya kepada kita melalui pengajaran mereka di sekolah. Ada guru yang meninggalkan kenangan yang baik, ada guru yang menyisakan cerita yang kurang berkesan. Tetapi apapun ceritanya, niat dan kerinduan mereka sama: mendidik kita menjadi manusia yang lebih berguna.


Seperti cerita mbak Hernawatiningsih Wawak yang menjadi tulisan pilihan minggu ini, kenangan mbak Herna tentang Ibu Endang yang baik hati dan penyayang. Guru sekolah dasarnya yang sudah memberikan kebaikannya, bukan hanya di sekolah tetapi juga di lingkungan warga di sekitar tempat tinggalnya.


Yuk simak di sini tulisannya, dan jangan lupa kunjungi semua tulisan peserta lainnya.


Tulisan Terpilih:

Hernawatiningsih Wawak

Guru SDku yang Baik Hati dan Penyayang

https://docs.google.com/document/d/17XZMXepAIr-mvv-5oCRyJ02ggGdJlKLnqVSJwX2D8SI/



Guru SDku yang  Baik Hati dan Penyayang

Oleh : Hernawatiningsih

Alhamdulillah sampai di hari ke-7 belajar menulis dengan tema guru favorit.  Dengan metode setor harian, memaksa kita untuk terus konsisten menulis dan menyetorkan tulisan sekaligus membuka wacana agar banyak ide untuk menulis.  Hari ini saya ingin menuliskan salah satu kenangan tentang guru favorit saya saat sekolah dasar (SD).  Kami biasa memanggilnya Bu Endang (Al fatihah buat beliau yang sudah almarhum).  Saya mengenal bu Endang selain guru sekolah juga sekaligus tetangga saya satu  RT di rumah saat itu. Beliau memang dikenal sebagai sosok guru yang penyayang dengan murid-muridnya, dan juga sosok bu guru perempuan yang feminim dan memiliki rasa empati yang tinggi. Tidak hanya kepada murid-muridnya di sekolah namun juga pada tetangga sekitar rumahnya. 

         Saya pun melihat sosok Bu Endang adalah guru perempuan yang benar-benar luar biasa, sebagai wanita yang mempunyai peran di dunia publik sebagai guru SD, beliau juga tetap menjalankan tugas dan perannya dengan baik sebagai ibu dirumah. Hampir setiap hari saya mendengar celoteh beliau yang riang (bukan mengeluh ya) tentang kesibukannya di pagi hari, bangun subuh, memasak untuk sarapan dan bekal suami serta anak-anaknya, tak lupa persiapan beliau berdandan untuk ke sekolah (tempat bertugas). Dan yang sering saya suka ketika mendengar ceritanya, beliau sambil bercerita akan bertanya gimana nih lipstick ibu? Udah bener kan? Sepatu ibu gimana? Dan pertanyaan receh lainnya. Semua percakapan ringan ini sering beliau lakukan dengan kami para muridnya. Dan kami merasa senang sekali jika diajak berbincang dengan beliau, terasa kami sangat akrab sebagai ibu dan anak. 

           Mengapa banyak orang menyebut beliau penyayang? Karena jika mengajar di sekolah, Bu Endang menganggap murid-muridnya seperti anaknya sendiri. Mengajar materi dengan baik, memberi tugas, mengoreksi satu persatu. Menasehati atau menegur jika ada yang melakukan tindakan tidak terpuji, dan sebaliknya  akan memberikan apresiasi jika muridnya berprestasi. Bukan hanya itu, beliau selalu mengedepankan rasa empatinya jika ada masalah di dalam kelas atau ada murid tertentu yang bermasalah. Pernah ada salah satu teman saya saat itu sering tidak masuk atau mengikuti tambahan pelajaran. Bahkan si anak ini sering bukunya habis atau pensilnya tidak ada ketika diminta menulis.  Beliau tidak langsung marah, tapi Bu endang mencari informasi melalui teman-teman dekatnya bahkan ke rumah teman saya itu. Dari sanalah akhirnya diketahui bahwa keluarganya sedang bermasalah yaitu orang tuanya mau bercerai sehingga anak-anaknya tidak terurus. Bu endang pun membelikan kebutuhan sekolah si anak dan memintanya tetap rajin sekolah.

         Seperti itulah contoh bentuk kasih sayang bu endang kepada murid-muridnya. Tidak hanya sekali beliau membantu murid-muridnya, siapapun itu tidak pandang bulu jika memang butuh bantuan maka beliau akan berusaha membantunya. Termasuk pada saya. Setiap hari senin dan kamis, beliau pasti memberikan saya kue atau jajanan karena saya sedang puasa sunah senin-kamis. Jadi kue tersebut untuk buka puasa saya nanti. Sungguh perhatian-perhatian beliau yang seperti ini didalam kelas pada semua muridnya membuat kami menyayangi beliau seperti ibu kami sendiri. Jadi kami pun tidak pernah merasa berat ketika diminta bantuan beliau apapun. Para murid perempuan juga dekat dengan beliau, sehingga kami sering ngobrol dan mencurahkan hati atau sekedar bercerita ringan di luar kelas. Jika lebaran pun rumah beliau terbuka untuk anak-anak muridnya, bahkan terkadang beliau membawa kue lebaran di rumah untuk dinikmati di sekolah. Banyak kegiatan selain belajar yang bermakna dan berkesan menurut saya, yang kita lakukan bersama masa itu. Seperti kita beramai-ramai mengunjungi teman yang sakit meskipun hanya membawa buah tangan sekedarnya. Kami jadi tahu rumah masing-masing dan bersilaturahmi. 

Selain itu yang membuat saya terkesan adalah, sikap beliau yang selalu riang gembira di sekolah. Selalu penuh senyum dan tawa, suaranya renyah. Bahkan jika beliau marah pun sering membuat kami tertawa, karena lucu. Beliau memang tidak pernah marah, terasa seperti ibu yang sedang mengomel saja dengan anak-anaknya. Tak pernah saya melihat beliau mengajar dalam keadaan bersedih atau cemberut. Sehingga selalu membawa suasana ceria di dalam kelas. 

Menurut saya bu Endang juga termasuk guru yang feminim, artinya jiwa keperempuanannya sangat menonjol namun realistis. Beliau selalu tampil rapi dan modis ketika mengajar, sangat memperhatikan penampilan, membawa bekal makan sendiri (yang itu masaknya sendiri di pagi hari, sekaligus untuk suami dan anak-anaknya), mengajar sepenuh hati dengan pendekatan yang sangat family/kekeluargaan pada semua murid-muridnya. Beliau juga memperhatikan penampilan kami, mulai dari kebersihan kuku, rambut, kondisi sepatu dan kaus kakinya, kelengkapan seragam dan lainnya. Jika ada yang kotor atau ada murid perempuan yang rambutnya berantakan maka akan diikatnya dengan baik. Bu Endang sudah menyiapkan sisir dan gunting di dalam tasnya. Besoknya anak tersebut akan diberi karet atau pita pengikat rambut yang lebih bagus. We love you bu endang. 

Sungguh menulis cerita ini saya pun merinding dan ingin menangis, berkelebat banyak kenangan mengenai kebaikan dan kasih sayang pada kami murid-muridnya. Semoga semuanya menjadi amal baik yang diridhoi Allah swt. Beliau adalah guru yang berkesan dan banyak yang mencintainya. Semoga ini menjadi pengingat diri dan menjadi cerita yang bermanfaat.

Demak, 7 November 2021


Tulisan peserta lainnya:

  1. Aprilia Linda Pratiwi

Ketika Murid Siap Guru Datang

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10219162291199687&id=1579712554


  1. Elsamur

Para Guru Favorit, Pembentuk Karakterku

https://bundosyafiq.wordpress.com/2021/11/05/para-guru-favorit-pembentuk-karakterku/


  1. Chintya Dien Sadiyya

Guru Jadi Favorit, Belajar Jadi Semangat

https://cyndiealia.blogspot.com/2021/11/guru-jadi-favorit-belajar-jadi-semangat.html


  1. Zaleha Hasyim

Guru Favorit Anak Usia Dini

https://zahasyima.wordpress.com/2021/11/06/guru-favorit-anak-usia-dini/


  1. Risna Nugroho

Belajar dan Berkarya di Tahun 2021

https://risna.info/2021/11/06/belajar-dan-berkarya-di-tahun-2021/


  1. Rani R Tyas

5 Drama Korea Bertajuk Guru Favorit

https://www.ranirtyas.com/2021/11/5-drama-korea-bertajuk-guru-favorit.html


  1. Lendy

Aktor dengan Peran Guru dalam Drama Korea

https://www.lendyagasshi.com/2021/11/karakter-guru-dalam-drama-korea.html


  1. Meigita Nur Sukma

Guru Inspiratif bagi Diri

https://myvelaburuuji.wordpress.com/2021/11/07/guru-inspiratif/


  1. Irene Cynthia

Guru Sejati: Guru Yang Tak Takut Memberi

https://randomfootnote.wordpress.com/2021/11/08/guru-sejati-guru-yang-tak-takut-memberi/


Terimakasih Bapak dan Ibu guru yang sudah mengajar kami semua. Jasamu mungkin tidak selalu tercatat, tetapi hidup kami merupakan kesaksian yang nyata akan karyamu sudah mendidik kami di bangku sekolah.


Tim TTM: Irene Cynthia