Hari itu matahari memancar hingga menembus ventilasi di atas jendela ruang tamu rumah saya. Panasnya menyentuh setiap sudut tempat ini. Meski begitu semangat membara membersamai kami–Tim KBK–untuk tetap memulai kegiatan rutin pertemuan Klub Buku KLIP melalui tele video tepat waktu.


Bulan Puasa tidak menghentikan niat kami yang tulus untuk selalu berbagi cerita-cerita buku yang mengobarkan semangat membaca. Saya mengawali diskusi kali ini dengan ditemani kak Amie, kak Alfi dan juga kak Rhein. Suasana hangat dan antusias berbaur menjadi satu, menjadikan pertemuan hari itu lebih berkesan. Apalagi kala itu adalah kegiatan terakhir KBK sebelum libur Lebaran. 


Menunggu yang Menanti



Diawali dari Kak Tami yang hadir pertama, ia berbagi sebuah novel karya salah satu member KLIP juga yakni Azizah June yang berjudul Menunggu yang Menanti. Kak Tami bercerita bahwa buku ini adalah salah satu hasil dari kerja keras kak Azizah June yang mengikuti kegiatan rutin menulis, yang diadakan sebuah penerbit, dan karyanya menjadi salah satu karya terpilih.. 


Kak Tami juga menyampaikan isi buku ini yang menarasikan kisah-kisah masa lalu saling terhubung dengan masa sekarang yang pada akhirnya menjadi sebuah kesatuan utuh. Novel ini diawali dengan kisah penculikan di pasar malam, kemudian cerita seorang yang melahirkan anak perempuan dan membutuhkan donor segera, lalu berlanjut dengan cerita masa kini tentang Rahman, Lovely–yang penuh misteri. Banyak teka-teki yang tentu akan membuat penasaran, bagaimana akhir dari para tokoh dalam cerita ini? apakah yang terjadi selanjutnya? dan tentu masih banyak pertanyaan-pertanyaan lainnnya. 


Tanda tanya itulah yang menancing perdebatan seru, hingga akhirnya berujung pada sebuah kesimpulan: banyaknya mozaik cerita unik dan menarik dalam novel ini yang belum terselesaikan hingga menjadi sebuah misteri. 


Negeri Para Bedebah



Setelah kita dibawa terbang pada cerita yang penuh teka teki, kak Amie menyuguhkan  pertanyaan dari rasa penasarannya tentang maraknya superhero seperti Sri Asih, Gundala, dan lainnya: “Novel genre action di Indonesia itu bagaimana, ya?”


Pertanyaan pancingan dari Kak Amie, menjadikan kami terdiam sejenak–sunyi dan bersuara memberikan pendapat. Diskusi kali ini benar-benar membuat kami menjadi belajar banyak dan mencaritahu seperti apa novel dengan genre itu di negeri ini. 


Di pertengahan diskusi, kak Amie juga melanjutkan lagi, bahwa ia baru saja menyelesaikan membaca buku Tere Liye yang bergenre aksi, berjudul Negeri Para Bedebah, Pulang, dan banyak lagi. Ia menambahkan bahwa novel Tere Liye, Negeri Para Bedebah ini sangat berkesan, karena ia tidak hanya pandai menata alur cerita namun juga memainkan gaya bahasa sehingga membuat pembacanya terbuai dalam imajinasi kalimat magis.  Menurut kak Amie, meski ide cerita novel Tere Liye ini sederhana dan standar namun karena cara penyampaian si penulis begitu indah sehingga membuat para pembaca seperti dirinya merasa terhanyut dalam cerita. Hal serupa ditimpali oleh peserta KBK hari itu. 


Kami mulai saling berbagi tentang aneka buku lainnya yang bergenre sama–mendiskusikannya dengan sangat intens–hingga pada sebuah kesimpulan bahwa cerita yang baik itu tidak sekedar ide, tetapi juga cara bertutur pada kalimatnya pun semestinya memikat sehingga bisa dinikmati oleh semua kalangan umur. 


Tales Of The Caliph: Harun Ar-Rasyid dan Cerita-Cerita Misterius yang Menakjubkan



“Saya tidak tahu apakah ini murni dongeng atau fakta…”


Begitu ucap kak Wika sebelum mengakhiri ceritanya tentang buku yang terinspirasi dari kisah Harun Ar-Rasyid ini. Buku yang berjudul Tales of The Caliphs, Harun Al Rasyid dan Cerita-Cerita Misterius yang Menakjubkan karya H.N. Crellin tersebut berisi tentang kisah-kisah kepimpinan dari salah satu khalifah zaman kejayaan Islam yakni Bani Abbasiyah yang bernama khalifah Harun Ar-Rasyid. 


Kak Wika dengan antusias bercerita bahwa buku ini sangat unik dan memikat. Karena cerita-cerita di buku ini berupa cerita pertama yang dikisahkan paralel dengan sub-sub bab. Selain itu, meski dalam novel tidak tertuliskan secara jelas pesan moralnya, namun banyak hikmah yang bisa didapatkan hanya dengan membaca buku tersebut. Kita seperti diajak untuk melihat berbagai sudut pandang melalui semua sisi cerita yang ada. 


Kak Wika sangat merekomendasikan buku ini, agar kita juga bisa ikut serta belajar dengan mendengarkan beragam sisi yang terkadang kita tidak tahu, tanpa digurui.


Tetanggaku Orang Indonesia



Selain kak Wika yang berhasil membius kita semua dengan ceritanya bukunya yang penuh inspirasi. Ada juga kak Alfi yang membagikan novel grafis karya Emmanuel Lemaire, orang Prancis. Novel ini diterbitkan tahun 2021 dan baru diterjemahkan tahun ini, berjudul Tetanggaku Orang Indonesia


Novel ini tidak hanya sekedar mengenali Indonesia secara umum namun juga banyak detail yang terpikirkan tentang Indonesia tanpa menghakimi seperti bagaimana tetangga si penulis dipengaruhi lingkungan Papua, Makasar, Jawa, dan tentu masih lagi. Bahkan selain kita diajak jalan-jalan oleh penulis secara tidak langsung, kita juga jadi mengerti bagaimana sudut pandang orang Prancis tentang rasisme tanpa terjebak pada stereotip mayoritas orang Eropa tentang orang Asia. 


Kak Alfi menyarankan buku ini untuk dibaca karena banyak inspirasi yang akan membuat kita jadi lebih paham–maka tidaklah heran jika novel tersebut juga dipromosikan oleh kedutaan Indonesia di Prancis.


***


Cahaya matahari mulai berwarna oranye, silaunya juga mulai pudar. Kecintaan kami, peserta KBK terhadap buku, membuat semua terlupa jika waktu ternyata berjalan begitu cepat. Sore itu diskusi kami tutup tepat pukul 17.00, satu jam mendekati waktu berbuka puasa. Ada rasa haru, senang, dan tentu pasti kerinduan–karena di tempat ini kami bercerita tentang buku dengan hati. 


Ramadan menjadi saksi tulusnya kami berbagi tentang kisah buku-buku yang menginspirasi. 



Pertemuan rutin KBK selanjutnya akan diadakan pada hari Selasa, 23 Mei 2023 pukul 14.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB. Pertemuan ini terbuka untuk semua KLIPers dan sahabat KLIP melauli video chat di Telegrup KBK. Jangan sampai terlewatkan keseruan diskusi tentang buku ya!