Konsisten Menulis

Penulis: Tami Asyifa
Editor: Windy Effendy

Konsisten Menulis

Salah satu bintang KLIP tahun lalu adalah Teh Dewi. Perempuan penuh inspirasi yang hampir setahun konsisten menulis dan selalu mendapatkan badge outstanding—yang artinya menyetor 30 tulisan setiap bulan. Tugas akhir atau skripsi KLIP Teh Dewi pun mendapat badge outstanding. Padahal, Teteh yang lembut ini baru pertama ikut KLIP. Di luar KLIP, Teh Dewi juga aktif menulis pada berbagai media dan komunitas Mamah Gajah.

Inspirasi konsisten menulis dari Teh Dewi ini sayang banget untuk dilewatkan.

Kenal Lebih Dekat dengan Teh Dewi

Dewi Laily Purnamasari, demikian nama panjang Teh Dewi yang kini berdomisili di Jakarta. Ia menyelesaikan pendidikan sarjana Arsitektur Institut Teknologi Bandung, kemudian melanjutkan program master Manajemen di STIE IPWI. 

Saat ini, selain menjadi ibu rumah tangga yang produktif, praktisi parenting ini juga mengajar pada sebuah perguruan tinggi di Cirebon. Aktivitasnya masih ditambah lagi dengan menjadi pengurus Yayasan Marhamah, Solo. Kerjaannya wira-wiri melulu, nih. Ternyata, hobinya memang travelling.

Ibu dari 3 anak, dua orang putra dan seorang putri yang sudah beranjak dewasa ini telah sukses dalam mendidik anak-anaknya. Hal itu membuat Teh Dewi sering diminta untuk berbagi tentang parenting. Pengalaman dalam pengasuhan tersebut banyak yang menjadi sumber ide tulisan. Oleh karena itu, Teh Dewi produktif banget menulisnya. Kebayang bukan, selain menulis di blog pribadi dewilailypurnamasari.wordpress.com yang postingannya hampir 600-an artikel, Teh Dewi juga menulis di Kompasiana dengan 800-an artikel. Beberapa artikelnya sangat populer dan diakses oleh puluhan ribu viewers dan readers

Gimana, sih, awal mulai ketertarikan Teh Dewi di bidang kepenulisan ini? Kita kulik, yuk!

Berawal dari Lomba Pidato

Suka menulis dari lomba pidato? Bagaimana bisa? 

Menurut Teh Dewi, dia sudah terinspirasi menulis sejak sekolah dasar. Kisah ini berawal dari lomba pidato yang diikutinya sewaktu duduk di kelas dua sekolah dasar. Saat itu, sang nenek datang berkunjung dan memotivasinya. Selain mengajarkan cara menghafal teks pidato, ekspresi, dan gaya, nenek Teh Dewi juga mengajari cara menulis halus dan menulis cepat penjelasan guru di sekolahnya.

Dalam lomba pidato di kelas 2 sekolah dasar itu, Teh Dewi berhasil meraih juara kedua. Senang, dong, pastinya. Event lomba pidato itu pun menjadi milestone untuk setiap kegiatan berikutnya. Apalagi sang nenek berpesan untuk terus berlatih menulis serta menulis apa saja yang disukai setiap hari.

Pesan nenek inilah yang menjadi inspirasi Teh Dewi untuk konsisten menulis. Sejak itu, Teh Dewi menjadi bersemangat belajar menulis. Teh Dewi pun mengirim tulisan-tulisannya ke berbagai majalah dan TVRI. Dari kegigihan menulis dan mengirimkan karya itulah, akhirnya puisi karya Teh Dewi dimuat di Majalah Bobo.

Selain menulis, Teteh juga mempunyai hobi membaca, jalan-jalan, fotografi, dan melukis. Wah … pantas saja sudah menghasilkan artikel bejibun, lha, semua hobinya bisa jadi ide tulisan! Maka dari itu, Teh Dewi suka banget menulis dengan tema parenting, jalan-jalan, agama, manajemen, bisnis, sosial politik, dan tentu saja arsitektur—seperti ilmu yang pernah dipelajari di ITB.

Dari Menulis hingga Jadi Model Sampul Majalah

Teteh yang aktif dan produktif sejak belia ini—iyalah, ya, sejak kelas 2 sekolah dasar aja sudah ikutan lomba—juga ikut di berbagai event. Saat remaja, Teh Dewi  mengikuti ajang gadis sampul. Ternyata, Teh Dewi beneran menjadi model sampul majalah berkat menulis. Teh Dewi, juga rajin menulis di beberapa media seperti Kompasiana dan Republika

Termasuk saat menulis tentang “Titik Balik Ketika Suami di-PHK” di Kompasiana. Kemudian, Majalah Noor mengundangnya untuk wawancara. Sementara artikelnya dimuat, Teh Dewi pun menjadi model sampul Majalah Noor

 
Dewi Laily


Berawal dari salah satu artikelnya di Kompasiana, Majalah Wanita Indonesia juga menulis tentang kisah sejatinya melewati ujian hidup ketika suami di-PHK. Setelah itu, ketika mengikuti lomba yang salah satu poin penilaiannya adalah menulis esai, artikel tentang Teh Dewi juga terbit di media tersebut. Menulis juga membuat Teh Dewi menjadi narasumber pada kegiatan parenting dan workshop yang diselenggarakan oleh UNDP.

Pencapaian dari Menulis

Seperti telah disebutkan di atas, artikel di blog pribadi Teh Dewi sudah mencapai 600-an dan di Kompasiana sudah menyentuh angka 800-an. Beberapa artikel di Kompasiana kerap menjadi artikel populer dengan ribuan viewers. Artikel tentang mencegah stunting di Kompasiana pun mendapat penghargaan juara ketiga. 

Teh Dewi juga sudah menerbitkan 10 buku antologi, serta e-book berjudul Ilusi di Balik Ganesha. Buku solonya berjudul Bukan Kota Wali. Beberapa artikel lainnya dimuat di berbagai media massa. Saat ini, Teh Dewi masih aktif menulis beberapa jurnal ilmiah dan berperan sebagai dosen.

Dewi Laily Purnamasari dan KLIP

Sejak bergabung di KLIP sejak 2023 lalu, konsistensi Teteh Dewi dalam menulis langsung terlihat. Beberapa bulan hingga skripsi selalu mendapat badge outstanding. Bagi Teh Dewi, bergabung di KLIP merupakan ajang silaturahmi dengan para penulis dan berbagi kebahagiaan dalam semangat literasi.

Walaupun sibuk dengan berbagai kegiatan juga mengajar, Teh Dewi tetap punya waktu untuk menulis. Bagi Teteh, menulis adalah kebutuhan. Melalui platform favorit berupa blog, Teh Dewi tidak menyediakan waktu khusus untuk menulis. "Bebas sih," katanya, "di antara pukul 07.00 sampai 17.00 WIB."

Tips untuk Konsisten Menulis, Tantangan, dan Cara Menaklukkannya

Menulis itu, harus dinikmati. Begitu kata Teh Dewi.

"Enjoy aja, he-he-he.  Aku ini aslinya juga up down kalau menulis. Pernah juga, kok, mogok menulis. Mandek, gitu. Bad mood karena laptop error atau gak ada internet, atau sinyal jelek. Nah, aku biasanya isi dengan jalan-jalan plus memotret supaya fresh lagi dan punya stok ide menulis. Kadang juga ide sudah berseliweran di dalam otak. Eh ... kondisi sedang tidak mendukung. Caranya bikin kayak mini note aja di kertas. Pernah, loh, nulis note-nya di setruk belanja minimarket! Ha-ha-ha-ha …."

Penutup

Jika menulis sudah menjadi kebutuhan, apa pun kesibukannya tak akan jadi penghalang. Banyak hal yang menjadi penyebab tumbuhnya minat menulis. Jika sudah ada minat, tinggal berlatih terus-menerus. Hal itu pasti membutuhkan konsistensi. Seperti pengalaman lomba yang menjadi titik awal kesukaan menulis Teh Dewi Laily Purnamasari. Konsisten menulis bisa membawa banyak hal dalam hidup, seperti Teh Dewi yang artikelnya tersebar di berbagai media.