Penulis : Tami Asyifa
Editor : Windy Effendy
Membuat Jejak di Alam Semesta dengan Menulis
Jika Ir. Soekarno meminta sepuluh pemuda untuk mengguncang dunia, di KLIP ada seorang ibu yang tak lagi muda ini punya banyak jejak karya untuk semesta.
"Ketika kita ingin membuat jejak di alam semesta, menulis salah satu wasilahnya."
Dengan mantra ini, hari-harinya selalu produktif. Mengikuti KLIP sejak tahun 2020, selalu tuntas sampai lulus dan setiap sesi namanya tidak pernah jauh-jauh berada di urutan papan atas. Semangat bukan milik para muda, bukan?
Lilik Yani, Analis Medis yang Suka Menulis
Semangat menulis bukan milik yang muda semata dan yang mempunya waktu luang. Mbak Lilik membuktikan bahwa meski sibuk berkarir di luar rumah, ia masih bisa menciptakan ruang kreatif di hari-harinya dengan menulis. Kelahiran Ngawi, 23 Agustus, perempuan ini sudah melewati usia setengah abad. Menikah dan dikaruniai 3 orang anak: 2 putri dan 1 putra; serta 3 orang cucu adalah anugerah baginya.
"Alhamdulillah, satu bidadariku sudah menikah dan memberikan seorang cucu saleh, Habibi yang berusia 3 tahun, dan anak kedua, si kembar Rohman dan Rohiim," tutur Mbak Lilik kepada KLIP.
Mbak Lilik menyelesaikan pendidikan tingginya di Analis Medis di Universitas Airlangga Surabaya. Kini selain sebagai istri, ibu, dan manajer keluarga, Mbak Lilik juga mengabdi sebagai Analis Laboratorium Histologi di Fakultas Kedokteran UWK Surabaya. Apakah Mbak Lilik suka menulis tentang medis?
Sebagai analis medis, karya mbak Lilik tidak berkutat dalam dunia kesehatan. Analis medis adalah profesi, sementara menulis adalah passion dengan berbagai tema lainnya.
Tentang Menulis
Bagi Mbak Lilik, menulis merupakan wasilah atau sarana untuk mengukir jejak di alam semesta agar menjadi alasan dan peluang untuk menjaring amal jariyah, demi meraih rida dan balasan surga-Nya.
Dalam sepenggal puisi ini, terlihat alasan yang kuat bagi Mbak Lilik untuk terus bersemangat menulis.
Ketika lidah kelu tak bisa bicara.
Ketika mulut dibungkam tak bisa menyampaikan kata
Ketika ada pandemi tak ada kesempatan bertemu muka
Ketika kita ingin memiliki jejak di alam semesta
Ketika kita ingin memberi warisan buat anak cucu kita
Ketika kita ingin gagasan kita menembus jutaan kepala
Ketika kita ingin memiliki jariyah saat meninggal dunia
Jika Tidak Menulis, Apa yang Dibaca?
Mbak Lilik memberikan sebuah pertanyaan menarik. Jika tidak ada tulisan, apa yang bisa dibaca? Bukankah kitab pedoman hidup manusia dalam beragama pun ditulis?
Ya, sebagai umat Islam, Mbak Lilik meyakini bahwa wahyu yang disampaikan Allah kepada Rasul-Nya bisa dibaca oleh umat hingga hari ini karena dikumpulkan oleh para sahabat, dicatat pada pelepah-pelepah kurma dan tulang, lalu ditulis ulang menjadi mushaf.
Lalu, lautan ilmu tidak akan sampai pada kita jika para imam dan ulama-ulama terdahulu tidak menuliskan ilmunya dalam kitab. Seperti misalnya Imam Syafi'i dengan kitab Al Umm dan Ar Risalah yang masyhur. Kitab Ihya Ulumuddin, sebuah kitab legendaris karya Imam Ghazali pun sangat masyhur dan telah banyak digunakan di berbagai belahan dunia.
Strong Why: Berkarya dengan Kata
Tak heran jika banyak sekali karya yang telah dihasilkan Mbak Lilik, baik berupa buku fiksi maupun nonfiksi. Selain alasan di atas, masih ada beberapa strong why yang membuatnya terus berkarya dengan kata-kata. Bagi Mbak Lilik, menulis adalah kesempatan untuk menceritakan keindahan Islam, serta membuat jejak di alam semesta dengan bukti kuat berupa buku. Menulis juga menjadi perantara jariyah sehingga saat raga tak berdaya masih ada kiriman pahala yang mengalir buatnya.
Berawal dari Menulis Hikmah
Mbak Lilik menyukai semua jenis tulisan. Pada awalnya, dia suka menulis hikmah. Mengamati kejadian di sekitar, kemudian mengambil kisah menarik di dalamnya, serta mengambil hikmah di balik kejadian. Mbak Lilik mengolah semua bahan itu menjadi tulisan yang bisa menginspirasi orang lain. Seiring berjalannya waktu, Mbak Lilik pun mulai ikut kelas menulis—baik berbayar maupun gratis. Lambat laun, ia mulai menemukan pola dan menjajal jenis tulisan lain.
Sekarang telah banyak genre tulisan yang dihasilkan oleh Mbak Lilik. Opini, puisi, cerpen, cernak, fabel, legenda, novel, tak ketinggalan tulisan hikmah dan inspirasi juga masih berjalan. Mbak Lilik memiliki sebuah visi untuk menebarkan nilai kebaikan ke seluruh alam. Menulis pun bisa dijadikan wasilah untuk mewujudkan visi tersebut.
Tema-Tema Kesukaan
Seputar keluarga atau parenting, kisah seputar keluarga, orang tua, dan anak-anak sangat menarik untuk dipelajari dan dijadikan contoh kebaikan dan diterapkan. Seputar kesehatan juga penting diketahui untuk diterapkan dalam diri dan keluarga. Kisah inspirasi, kisah-kisah yang bisa dijadikan teladan, tulisan motivasi menjalankan kebaikan, juga disukai oleh Mbak Lilik.
Selalu Ada Waktu Menulis
Setiap saat, ada waktu luang untuk bisa menulis. Namun, Mbak Lilik masih terikat jam kerja sehingga waktu luang yang tersedia adalah malam hari. Lebih tepatnya ketika usai Salat Isya dan menyiapkan makan keluarga. Mbak Lilik biasa menulis sekitar pukul 20.00-23.00. Jika mengikuti banyak challenge, terkadang tak bisa mengandalkan malam hari saja. Setiap ada waktu luang akan dipakainya untuk menulis.
Kebanggaan dalam Menulis
Mbak Lilik merasa bangga ketika berkesempatan mengikuti challenge. Hal itu akan menambah semangat berlari, juga akan mengisi waktu lebih maksimal. Baginya, ketika nama muncul dan dituliskan di flyer pengumuman, ada kebahagiaan yang tak terlukiskan. Perasaan yang tidak bisa diganti dengan uang.
Begitu pula ketika namanya terpampang di cover depan buku. Muncul kembali perasan yang tak terlukiskan dalam dirinya. “Rasanya sesuatu banget. Alhamdulillah, semua hanya terjadi atas pertolongan Allah,” ungkapnya kepada KLIP. Bukti fisik berupa buku-buku fisik yang bisa didekap mesra pun menjadi jejak nyata.
Satu kebanggaan lain bagi Mbak Lilik adalah ketika ia bisa membuat kelas literasi Sahabat Surga Cinta Qur'an (SSCQ Literasi 1-17). Kelas ini gratis dengan anggota lebih seratus orang. Kelas berlangsung setiap pekan satu kali dengan materi dan pemateri berbeda, sesuai kebutuhan.
Jejak Karya Lilik Yani
Karya literasi yang sudah dihasilkan Mbak Lilik berupa 117 buku antologi dan 8 buku solo, serta beberapa lagi yang masih dalam proses editing.
Karya solonya antara lain :
- Emak-Emak Tangguh (Pena Baswara)
- Sang Penakluk (Pena Baswara)
- Suara Hati (Kumpulan 100 Puisi dalam sebulan, J-Maestro)
- Hikmah Ayat-Ayat Cinta (SSCQ Publishing), Laporan 2B
- Kinanti (Perjalanan Mencari Cinta Sejati), PeM=menang Challenge 45 hari menulis dari TM45H. (Pena Baswara).
- Kumpulan puisi kelas Habits Puisi Creator Nulis Tanda Cinta (SSCQ Publishing)
- Pesan Cinta Nadya (Skripsi KLIP 2022-SSCQ Publishing)
- Bekerja Menuju Allah ( Skripsi KLIP 2023-SSCQ Publishing)
Perjalanan bersama KLIP
Mbak Lilik mendapatkan banyak ilmu seputar literasi yang menunjang pertumbuhan daya juang untuk terus menulis dan mewujudkan karya nyata. Berkah dari setoran rutin di KLIP, Mbak Yani menghasilkan beberapa buku solo. Saat KLIP 2021, terbit buku solonya, Sang Pejuang. Di 2022, lahir buku solo berjudul Pesan Cinta Nadya. Sedangkan skripsi KLIP 2023 , lahir buku Bekerja Menuju Allah.
Penutup
Menutup wawancaranya dengan KLIP, Mbak Lilik memberikan beberapa pesan penting.
Menurut Mbak Lilik, sejatinya tidak ada yang jadi penghalang untuk terus berkarya selain diri sendiri. Rasa kurang percaya diri, malas, dan menunda masih jadi musuh besar untuk memulai menulis. Cara mengalahkannya adalah dengan terus menulis meski belum bagus, tetap percaya diri, dan mencari ilmunya. Teknik menulis itu bisa dipelajari di mana-mana, demikian ujarnya.
Sebanyak apa pun ilmunya, sebagus apa pun tekniknya, tidak akan bermakna tanpa praktik. Itulah sebabnya bila mendapat materi, harus langsung dipraktikkan.
Mbak Lilik menyampaikan satu kalimat penting untuk teman-teman KLIP. “Jangan suka menunda dan segera action. Abadikan jejak di alam semesta dengan menulis.”
0 Komentar