Halo KLIPers, berikut ini adalah Resume Ruang Berbagi Bulan Juni.
Kita semua mungkin sudah akrab dengan kata “editor”. Bahkan banyak di antara kita yang tertarik menjadi editor. Akan tetapi, sudah tahukah kita apa saja tugas seorang editor? Dalam Ruang Berbagi edisi bulan Juni ini, kita akan mengulik 101 tugas editor dari Mbak Wika.
Narasumber kali ini bernama lengkap Satwika C. Heniono atau yang akrab disapa Mbak Wika. Sejak sepuluh tahun lalu, Mbak Wika telah terjun ke dunia penerbitan, khususnya sebagai editor.
Pengalamannya dua tahun menjadi editor di Elex Media Komputindo, kemudian di Kesaint Blanc, dan dilanjut menjadi freelance editor membuatnya bisa menyimpulkan bahwa “tugas editor hanya ngedit doang” adalah sebuah fitnah besar.
Eh? Kok? Gimana?
Editor
Dalam sebuah kalimat sederhana yang sesuai struktur bahasa dan KBBI, Mbak Wika mendefinisikan editor sebagai “orang yang mengedit editan”. Sesederhana itu definisinya. Namun, di balik kesederhanaan kalimat, ada timbunan tugas editor yang seolah tiada berujung.
Tugas Editor
Tidak hanya mengedit, seorang editor bertugas mulai dari mencari naskah, mengurasi, mengedit, menjembatani penulis dan penerbit, memantau penjualan buku, membantu pemasaran buku, dan masih banyak lagi.
source pic : pinterest |
Bahkan, editor juga ikut bertanggung jawab terhadap stok buku hasil editannya yang masih ada di gudang. Artinya editor harus ikut memutar otak agar buku-buku tersebut terjual dan tidak memenuhi gudang. Jadi, pekerjaan editor itu bukan ngedit doang, ya!
Mengedit itu sendiri, terbagi dalam tiga tahap :
Proofreading adalah mengedit kembali setelah naskah disajikan dengan layout. Di sini editor tidak hanya menilai tulisan, tetapi juga keserasian, kerapian, dan keterbacaan naskah dengan layout.
Dari sekian banyak jenis buku, Mba Wika fokus pada buku nonfiksi, baik lokal maupun terjemahan. Karena itu, seorang editor tidak hanya mengamati perkembangan buku-buku dalam negeri (lokal), tetapi juga memantau apa saja buku-buku yang tren di luar negeri yang potensial untuk diterjemahkan.
Tingkat Kesulitan Editing
Ada tiga tingkat kesulitan dalam mengedit, yaitu ringan, sedang, dan berat. Tingkat ringan biasanya pada naskah dengan ide yang baik, struktur naskah rapi, kalimat dan diksi luwes dan tepat. Hanya ada sedikit kesalahan minor pada naskah, sehingga mengeditnya pun lebih mudah.
Tingkat yang lebih menantang yaitu tingkat sedang, yaitu ketika sebuah naskah punya ide baik, struktur naskah kurang pas, kalimat dan diksi masih bisa diterima, tetapi banyak kesalahan minor. Ada juga tingkat berat yang memiliki ide bagus tetapi banyak kesalahan dari segi struktur, diksi, dll.
source pic : pinterest |
Kegiatan mengedit ini bisa jadi cepat atau lama tergantung tingkat kesulitannya. Jika hanya sedikit kesalahan minor, seperti typo, penulisan huruf, dan sebagainya, bisa jadi cepat. Namun, seorang editor tidak hanya mengedit apa yang terbaca, tetapi juga makna dari bacaan itu sendiri. Apakah maknanya sudah tepat? Logis? Bisa diterima? Semua ini bisa memakan waktu lama.
Rahasia Dapur Editor
Bagi yang pernah atau sering mengirimkan naskah ke penerbit mayor, mungkin pernah bertanya-tanya, “Kok lama banget ya ga ada kabar dari penerbit tentang naskahku?”. Atau ternyata lima bulan kemudian baru ada kabar kalau naskah diterima. Kok, lama banget?
Nah, Mba Wika menjelaskan bahwa hal itu bisa jadi karena jenis naskah yang dikirim belum pas dengan target si editor sendiri. Pasalnya, bisa jadi editor punya rencana menerbitkan jenis buku tertentu, pada bulan tertentu. Sehingga naskah yang masuk dan dianggap layak tetapi tidak sesuai timing, akan disimpan terlebih dulu dan diproses sesuai rencana kerja editor.
Pertanyaan lain yang sering muncul di masa sekarang, apakah jumlah follower atau keaktifan seorang penulis di media sosial berpengaruh? “Iya, betul banget,” jawab Mba Wika. Karena penerbitan adalah sebuah bisnis, maka penting bagi penulis untuk punya circle agar bukunya kelak bisa laku.
Walaupun demikian, menambahkan bahwa hal ini tidak selalu mutlak. Jika ide naskah memang bagus, ada editor-editor yang bersedia membantu agar naskah tersebut bisa terbit. Tentu penulis tetap harus bekerja sama dengan penerbit agar bukunya terjual.
Saran dari Editor
Bagi penulis yang ingin mencari editor, Mba Wika menyarankan mencari di penerbit, atau bisa juga berburu freelance editor di media sosial. Karena saat ini sudah banyak grup-grup editor di media sosial. Bisa juga dengan meminta rekomendasi dari teman-teman yang sudah dikenal.
Yakin, Ingin Jadi Editor?
Mba Wika menuturkan editor bukanlah pekerjaan yang punya jurusan kuliah formal khusus yang bisa dipelajari. Bahkan, ia menyebut bidang editor ini adalah “bidang gaib”. Seorang editor harus mau belajar mandiri, ikhlas, dan rajin melatih diri sendiri.
Jangan berangan kaya raya atau terkenal dengan pekerjaan ini. Karena seperti yang kita lihat di masyarakat, sering kali pada sebuah buku, nama penulis saja lah yang dikenal dan dipuji-puji. Bukan editornya.
Lantas, kenapa mau jadi editor?
Selain passion dan senang bertemu dengan para penulis, Mba Wika
“Aku ingin membantu penulis yang punya message yang bagus, (membantu) agar kata-katanya bisa bagus dan tersampaikan ke banyak orang.”
Penulis : Vidi
Editor : Lendyagassi
0 Komentar